Angka Dukungan Pemilih Muda buat Trump Terburuk dalam Sejarah AS-JPNN.com

Angka Dukungan Pemilih Muda buat Trump Terburuk dalam Sejarah AS-JPNN.com

WASHINGTON - Minggu (14/8) kemarin, banyak media di Amerika Serikat (AS) mengungkap fakta bahwa generasi yang lahir setelah 1980 dan sebelum 2000, mulai meninggalkan calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump.

Survei terbaru USA Today/Rock the Vote Poll menunjukkan bahwa Trump telah kehilangan pamornya di kalangan generasi muda. Khususnya, generasi millennial yang seangkatan dengan putri tertuanya, Ivanka. ”Dukungan responden yang berusia di bawah 35 tahun terhadap Hillary Clinton mencapai sekitar 56 persen. Sedangkan, dukungan golongan yang sama terhadap Donald Trump hanya sekitar 20 persen,” terang USA Today.

Dukungan minimal generasi muda terhadap Trump itu belum pernah dialami capres Republik mana pun. Gallup Organization menyebut dukungan kaum muda terhadap mendiang Richard Nixon yang diklaim terburuk pun masih lebih tinggi dari 20 persen. 

Pada 1972, saat masyarakat Negeri Paman Sam sedang getol-getolnya memprotes kebijakan Perang Vietnam, dukungan kaum muda untuk Nixon masih tercatat 32 persen.

Sejak Pemilihan Presiden (Pilpres) 2008, suara generasi muda menjadi hal penting. Bahkan, krusial. Sebab, pada Pilpres 2008 dan Pilpres 2012, presiden yang menang dalam pilpres adalah yang mendapat dukungan maksimal dari kaum muda. Oleh karena itu, kali ini media menjadikan keberpihakan generasi muda sebagai tolok ukur proyeksi pilpres 8 November nanti. 

Di mata generasi millennial Republik, Trump bukanlah capres favorit. Jauh sebelum taipan 70 tahun itu rajin memantik kontroversi di panggung kampanye seperti akhir-akhir ini, mereka tidak berpihak pada ayah Ivanka tersebut. Bukan gara-gara pebisnis Manhattan tersebut sensasional, tapi lebih karena para pemilih muda itu punya pilihan lain. Misalnya, Ben Carson atau Ted Cruz.

”Awalnya, saya mendukung Ben Carson. Setelah dia mundur, saya mendukung Ted Cruz. Jadi, saat dia juga akhirnya mundur, saya tidak punya pilihan lain,” ujar Serena Potter. 

Kini perempuan 19 tahun yang tercatat sebagai mahasiswi Purdue University itu memberikan suaranya untuk Trump. Sebab, dia belum ingin berpaling dari Republik. Apalagi ganti haluan dan mendukung Clinton dari partai lawan. 

Kemarin (15/8) Politico menuliskan bahwa merosotnya dukungan terhadap Trump itu akan berujung pada kekalahannya di panggung pilpres. Sebab, sejarah telah membuktikan fenomena yang sama sebanyak 16 kali berturut-turut. ”Tidak pernah ada capres dalam posisi yang sama seperti Trump saat ini yang tiba-tiba menang di hari H,” terang Steven Shepard, analis senior jajak pendapat Politico. 

Pendapat yang sama dipaparkan pengamat politik sekaligus dosen senior AS, Christopher Wlezian. "Bicara tentang pencapresan pascakonvensi, kandidat yang unggul dalam jajak pendapat tidak pernah kalah dalam pilpres,” jelas dosen di University of Texas itu. 

Meski demikian, segala kemungkinan masih bisa terjadi. Para pengamat politik AS juga tidak mau menghakimi Trump sebelum 8 November. Waktu yang terus bergulir membuat para petinggi Republik mulai cemas.

Mereka jelas tidak ingin partai berlambang gajah tersebut kembali kalah dalam pilpres. Sebab, mereka sudah dua kali berturut-turut kalah. Itulah yang membuat tokoh-tokoh senior Republik bermanuver. Termasuk mendesak Reince Priebus yang adalah chairman Komite Nasional Partai Republik untuk segera bertindak. 

Tapi, menurut Wlezian, segala bentuk manuver dan strategi politik Republik tidak akan bisa membendung kemenangan Clinton. Lebih-lebih, masa kampanye hampir berakhir. 

Dan, hanya tersisa satu kali jajak pendapat lagi sebelum masyarakat AS menentukan pemimpin mereka. ”Dengan selisih dukungan seperti saat ini pun, Hillary Clinton sudah punya peluang 90 persen untuk memenangkan pilpres,” tegasnya. (usatoday/politico/newyorktimes/hep/c6/any)



0 Response to "Angka Dukungan Pemilih Muda buat Trump Terburuk dalam Sejarah AS-JPNN.com"

Posting Komentar